Free Porn
xbporn
Senin, 23 Juni 2025
spot_img
spot_img
BerandaProPASLembaga Pemasyarakatan Kelas II A Samarinda Asah Bakat dan Keterampilan WPB di...

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Samarinda Asah Bakat dan Keterampilan WPB di Segala Lini

Tantangan terbesar bagi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tidak sebatas mendidik dan membina para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) selama menjalani masa hukuman, melainkan juga mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat suatu hari kelak. Persiapan ini tidak hanya dari segi budi pekerti, moral dan tingkah laku yang lebih baik,  tetapi juga kemampuan dan keterampilan untuk produktif bertahan hidup.

Para mantan WBP biasanya kesulitan mendapatkan pekerjaan karena minimnya kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Mau tidak mau satu-satunya cara untuk tetap berpenghasilan adalah dengan menjadi wirausaha. Untuk itu, Lapas sebisa mungkin membekali mereka dengan berbagai keterampilan sesuai minat dan kemampuan mereka masing-masing agar bisa bermanfaat saat masa hukumannya selesai.

Hal ini juga yang dilakukan Lapas Kelas II A Samarinda. Di bawah naungan Moh Ilham Agung Setiawan A.Md.I.P., S.I.P yang menjabat sebagai Kepala Lapas Kelas IIA Samarinda, para WBP diberi beragam sarana untuk mengembangkan diri lewat pelatihan indutri barang dan jasa.

Ilham menjelaskan ada lima jenis pelatihan keterampilan yang disediakan di Lapas Kelas IIA Samarinda yaitu Pengolahan Limbah Sampah, Manufaktur Kayu dan Besi, Pelatihan Barbershop, Manufaktur Kuliner dan Manufaktur Kerajinan Tangan.

“Pelatihan-pelatihan tersebut merupakatan salah satu target lapas kelas IIA Samarinda untuk mendukung program kementerian hukum dan Ham lapas produktif, yakni WBP harus mendapat ketrampilan sehingga ketika bebas nanti dapat mencari pekerjaaan atau menjadi wira usaha,” ujarnya,

 

 

Efektif Penuhi Kebutuhan Lapas

Dari lima pelatihan yang dilakukan, dua diantaranya yakni barbershop dan kuliner dioptimalisasi untuk kebutuhan internal lapas. Sebanyak dua orang WBP yang sudah menjalani pelatihan kerja sama selama tujuh hari dengan LPK EDHA Kota Samarinda bisa memprakterkan kemampuannya di barbershop lapas. Barbershop ini memang diarahkan bagi para WBP atau staff Lapas yang ingin memangkas rambut.

Sementara pelatihan kuliner diikuti oleh tiga orang WBP yang juga memasak produk masakan atau kue untuk dijual di L’Samda Cafe yang berlokasi di Area Lapas. Produk yang di hasilkan dari kegiatan kuliner ini berupa nasi campur, lauk pauk, gorengan, kopi, jus, dan yang lainnya.

“Pemasaran hasil kegiatan pelatihan kuliner dan barbershop untuk sementara ini hanya di dalam lapas kelas IIA Samarinda dengan target konsumen WBP dan para petugas. Untuk omset kotor dari produk kuliner sekitar Rp 5-6 juta per bulannya, sedangkan untuk jasa barbershop bekisar Rp 1,2 juta-1,5 juta per bulannya,” papar Ilham.

Optimalisasi Sosial Media Untuk Penjualan

Beberapa karya dari hasil pelatihan para WBP Lapas Samarinda ternyata memiliki kualitas dan nilai jual yang tinggi di pasaran. Hal ini mendatangkan demand dari luar lapas, khususnya untuk produk hasil manufaktur kayu & besi dan kerajinan tangan. Manufaktur kayu dan besi yang dilakukan oleh delapan orang WBP menghasilkan produk berupa meja tv, lemari belajar dan lemari gantung. Sebelumnya delapan orang WBP ini telah menjalani pelatihan yang melibatkan beberapa instansi terkait seperti Balai latihan kerja (BLK) Kota Samarinda  dan LPK EDHA.

Sama halnya dengan produk kayu dan besi, kerajinan tangan hasil karya WBP Samarinda juga menarik minat konsumen di luar lapas. Produk-produk kerajinan tangan berupa – sarung tenun Samarinda, tas rajutan serta kopiah rajutan rutin dibuat oleh empat orang WBP.

Semua produk (manufaktir kayu & besi serta kerajinan tangan) yang di hasilkan sesuai dengan pesanan dari pihak luar namun tetap disesuaikan dengan kemampuan WBP yang membuatnya. Untuk saat ini, kami hanya memproduksi sesuai dengan pesanan yang ada, dan untuk promosi dilakukan melalui media sosial Lapas seperti facebook dan instagram,” lanjut Ilham.

Omset kotor yang diterima menurut Ilham fluktuatif tergantung dari banyaknya jumlah pesanan. Lapas memastikan hanya mengambil margin Rp500-Rp700 ribu untuk setiap produk kayu & besi yang dijual. Untuk kerajinan tangan, Lapas mendapat keuntungan dari jasa pembuatan produk yang dipesan sekitar Rp. 50 ribu sampai Rp. 150 ribu setiap produk yang laku terjual.

Kerja sama dengan Kementrina PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup

Tidak sebatas pada aspek ekonomi, pelatihan yang dilakukan kepada para WBP juga menggambarkan kepedulian Lapas terhadap lingkungan. Pelatihan Zero Waste yakni pengolahan limbah sampah diwujudkan dengan mengandeng Kementrian PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup.

Teknisnya, proses pelatihan wbp untuk kegiatan zero waste dilaksanakan secara mandiri sesuai petunjuk dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda. Adapun tahapan pengolahan limbah sampah dimulai dari bagaimana proses pemilahan sampah, penyucian sampai pada bagaimana cara proses pencacahan sampah plastik. Jenis sampah yang dapat diolah adalah anorganis seperti botol plastik pilihan, kardus dan sampah plastik. Hasilnya berupa campuran aspal pembuatan jalan pada proyek kemetrian PU

Ilham menyebutkan, khusus untuk tahapan pencacahan sampah plastik, Lapas Samarinda mendapat bantuan Kementerian PUPR Kantor Wilayah Kalimantan Timur.  Untuk pemasaran dilakukan bekerja sama dengan pihak ketiga yakni www.setorplastik.com yang ditunjuk oleh DLH Kota Samarinda

“Kegiatan Zero Waste sejalan dengan program pemerintah dalam menangani sampah daur ulang. Selain itu, bisa di olah menjadi memiliki nilai ekonomis dapat menjadi contoh bagi lapas lain, khususnya pencacah plastik yang baru ada di lapas kelas IIA Samarinda,” tandasnya. (ANGELINA)

spot_img
- Advertisment -spot_img

TERPOPULER

KOMENTAR TERBARU