TAK lengkap rasanya menyebut Bali sebagai daerah pariwisata tanpa kerajinan perak sebagai daya tarik utama para wisatawan. Perak sebagai identitas Pulau Seribu Pura ini memang sudah diproduksi sejak 1976 silam.
Salah satunya bertempat di Desa Celuk berada di wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar yang terkenal dengan kerajinan perak berkualitas tinggi yang diminati pasar dalam maupun luar negeri.
Potensi ekonomi akan sekaligus pengembangan kearifan lokal berupa kerajinan perak ini juga dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan. Diakui Kepala Lapas Kelas IIA Kerobokan, Fikri Jaya Soebing, A.Md.I.P., S.H., M.H. kerajinan perak merupakan ciri khas dari Lapas Kelas IIA Kerobokan.
“Kerajinan perak merupakan satu-satunya kerajinan yang hanya dimiliki oleh Lapas Kerobokan. Hal ini mengingat lokasi yang strategis yaitu dekat dengan tempat wisata sehingga membuat Lapas Kerobokan memilih kerajinan perak sebagai kerajinan yang harus terus dikembangkan dan menjadi prioritas disamping kerajinan yang lainnya seperti lukisan dan anyaman berbahan koran bekas,” papar Fikri.
Lebih lanjut lagi ia menjelaskan kerajinan perak merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam program pembinaan kemandirian. Sebanyak enam orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIA Kerobokan terlibat dalam produksi pembuatan kerajinan perak.
Untuk sementara, kerajinan perak tersebut sepenuhnya dikelola oleh Lapas Kelas IIA Kerobokan mulai dari pembinaan, proses produksi hingga pemasaran. Hasil dari kerajinan perak ini berupa liontin, cincin, gelang, anting dsb. Dalam proses pengerjaannya, kerajinan perak ini memerlukan beragam alat pendukung.
Misalnya, bila akan membuat cincin maka alat yang diperlukan adalah meja perak, kompor perak, mesin polis, palu, kikir, amplas, liquid polis, roling mill, capit, pijet, mesing buffing, tang, polishing wheel, dan perak murni atau kuningan.
Produk kerajinan perak aneka perhiasan tersebut dipasarkan dengan bandrol harga Rp100 ribu hingga Rp 1 Juta. Sejauh ini pemasaran kerajinan perak hasil karya WBP Lapas Kelas IIA Kerobokan dijual kepada masyarakat, WBP dan petugas yang berminat.
Meski demikian Fikri mengamini, seagai komoditas asli Bali tentunya pasar kerajinan perak sangat banyak pemain. Hal ini membuat persaingan untuk memikat pembeli semakin ketat. Oleh sebab itu dirinya gencar menggaungkan awareness kerajinan perak hasil karya WBP Lapas Kelas IIA Kerobokan dengan mengikuti berbagai pameran dan bazzar.
Salah satunya adalah pameran di koridor LVB Resor Hotel, Kuta-Bali yang diselenggarakan oleh pemerintah desa Tibubeneng Kuta Utara-Bali.
Pada pameran tersebut, stand Lapas Kerobokan ramai didatangi pengunjung sejak hari pertama pameran. Bahkan, mayoritas pengunjung yang merupakan turis asing memuji barang-barang karya WBP Lapas Kelas IIA Kerobokan.
Meskipun penuh tantangan, Fikri optimistis ke depannya kerajinan perak hasil karya WBP Lapas Kelas IIA Kerobokan memiliki nilai jual yang tinggi serta membawa dampak positif bagi WBP serta lingkungan sekitarnya.
“Tentunya dengan banyaknya WNA yang aware diharapkan perak hasil kerajinan WBP ini dapat terjual hingga dikenal dikancah internasional. Selain itu, semoga pembinaan WBP selalu berjalan sesuai rencana. Para WBP semakin aktif mengikuti kegiatan yang ada agar kelak pada saat bebas nanti mereka memiliki kemampuan yang mereka didapatkan di Lapas, tandas Fikri. (Gea)