Reny Elisabeth Munthe biasa dipanggil Reny, namun panggilan akrab sebenarnya adalah Elis. Lahir di Pematang Siantar pada 12 Januari 1983, masa sekolah dilalui di kampung halaman sebelum hijrah ke Pulau Jawa untuk kuliah di Akademi Imigrasi Angkatan VII, S1 Hukum dan S2 Hukum di Universitas Padjajaran
Penggemar novel-novel Tere Liye dan Dewi Lestari ini menjalani penempatan pertamanya di bagian Protokoler Dirjen Imigrasi selama kurang lebih 4 tahun, kemudian mutasi ke Kanim Jakarta Selatan, Kanim Soetta, dan mendapatkan jabatan sebagai Kasubsi Informasi sejak Juni 2013 di Kanim Tangerang.
“Mengabdi selama 2 tahun lebih, saya dimutasikan ke luar negeri sebagai Pembantu Atase Imigrasi pada KBRI Beijing selama 3 tahun 3 bulan,” kata Elis kepada Zona Integritas, kemarin.
Kemudian penempatan selanjutnya adalah sebagai Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi pada Kanim Jakarta Selatan sejak Juli 2020 sampai saat ini.
“Seksi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian atau Kehumasan berada di bawah Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian,” jelasnya.
Tugas kesehariannya adalah membantu Bidang Tikim, yaitu melakukan penyiapan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengkoordinasian, evaluasi dan pelaporan di bidang pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data keimigrasian, pengelolaan informasi dan komunikasi keimigrasian, pelaksanaan hubungan masyarakat dan kerjasama antar instansi.
Selama bertugas, Elis mengaku pengalaman penempatan di luar negeri paling terasa berkesan, karena pegawai wanita bisa dihitung dengan jari yang pernah bertugas di sana.
“Juga sangat berkesan karena baru pertama kali hidup di negara orang dengan 4 musim, senang ketika musim dingin tiba karena bisa menikmati negara China dengan saljunya,” katanya.
Bekerja di China membuat Elis seolah mendapat bonus bisa menikmati alam negara China yang sangat besar dan indah dengan berbagai peninggalan budaya yang sangat terkenal seperti great wall, tiananmen, terracotta, summer palace, dan temple of heaven yang menakjubkan. Bahkan pembangkit listrik tenaga angin dengan kincirnya di daerah pegunungan baru pertama pula dia lihat sepanjang hidupnya.
“Sangat berkesan bisa bekerjasama dengan imigrasi yang dipimpin oleh seorang polisi. Dan yang terpenting bagaimana warga negaranya bisa sangat patuh terhadap aturan dan kebijakan pemerintah. Dan meski saya tidak bisa menyaksikan sendiri, saya jadi tidak heran bila China saat ini sudah 0 kasus Covid 19,” katanya.
Namun dukanya, kata dia, hidup jauh dari keluarga dan harus beradaptasi dengan penduduk Beijing yang menggunakan bahasa Mandarin dengan beragam dialek daerah yang berbeda menjadi tantangan terberatnya.
“Tapi saya sangat senang bisa melihat secara langsung negeri China dan bisa melihat tata pemerintahan negara yang perekonomiannya sangat pesat,” katanya.
Elis merasa senang bertugas di KBRI Beijing karena memberikan dia kesempatan untuk melayani dan memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia yang tinggal di negara orang.
Di sana dia bisa melihat langsung kehidupan mahasiswa dan warga negara Indonesia yang hidup di berbagai provinsi di China, walaupun ada beberapa di antaranya yang bermasalah karena bekerja tanpa izin yang sah.
“Apabila diberi kesempatan untuk bertugas di luar negeri kembali, pasti akan saya terima,” kata Elis tertawa.
Apa pekerjaan anda saat ini memang sudah sesuai cita-cita?
“Iya, menjadi Aparatur Sipil Negara yang dapat mengabdi bagi bangsa dan negara adalah cita-cita saya, dan tidak bisa saya pungkiri bahwa saya sangat menikmati pekerjaan ini,” ujarnya.
“Saya menikmati setiap amanat yang diberikan kepada saya, karena memang hidup ini dinamis, dan pastinya menuntut kita untuk terus belajar dan tentunya menyesuaikan diri dengan cepat agar bisa memberikan yang terbaik,” sambungnya.
Explorasi Alam
Untuk membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, penyuka renang, gym dan yoga ini termasuk yang pandai membagi waktu. Segala sesuatu dia rencanakan lebih dulu.
“Kebetulan saya adalah typikal yang senang apabila akan melakukan sesuatu sudah merencanakan dahulu dengan matang, Jadi waktu yang memang seharusnya untuk bekerja, akan saya pergunakan untuk bekerja dengan fokus dan baik agar tidak mengganggu waktu pribadi saya,” katanya.
Kegiatan yang paling sering dia lakukan di luar waktu kerja adalah mengexplore sesuatu yang baru di alam terbuka, maksudnya sightseeing bersama keluarga.
Namun di masa pandemi ini Elis terpaksa hanya menghabiskan waktu di rumah, apalagi dengan kondisi sekarang dimana dia sedang mengandung buah hati.
“Alam membuat jiwa dan tubuh yang lelah, bisa refresh kembali. Senang melihat ciptaan Tuhan yang luar biasa dengan beraneka ragam macam keunikan dan jenisnya. Intinya alam memerdekakan saya,” tutur Elis yang juga senang bernyanyi.
Penyuka film kolosal dan drama, serta musik pop dan instrumental piano yang hobi makan Mie Siantar ini pun mengakhiri sesi wawancara dengan mengungkap motto kehidupannya.
“Motto saya dalam menjalani hidup adalah bersyukur setiap saat, hiduplah kuat, rendah hati dan sabar dalam segala sesuatu,” tandasnya. (EKA)