SEBAGAI seorang pemimpin, kemampuan dalam menaungi anggota tim menjadi hal yang wajib untuk dimiliki. Masing-masing leader tentunya memiliki gaya dan keunikannya masing-masing dalam mempimpin. Kepemimpinan secara tidak langsung juga menggambarkan karkter dari sang pemimpin. Ada pemimpin yang karismatik, otoriter, demokratis, delegatif, transformasional, liberal dan lain sebagainya. Semua jenis kepemimpinan tersebut sah-sah saja selama dapat diterima oleh para anggota timnya dan mampu mewujudkan cita-cita bersama.
Seperti halnya Sapto Winarno, Bc.I.P., S.H., M.H. Pria yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru ini memiliki style tersendiri dalam menggawangi timnya. Sapto, begitu ia akrab disapa cenderung menganggap pola kepemimpinan yang dibangunnya sebagai sebuah seni bermain bola tenis, olahraga yang digemarinya.
“Memimpin adalah seni. Bagaimana caranya untuk mempengauhi seseorang agar sevisi mencapai misi organisasi dalam satu team work yang solid. Bagi saya, bermain tenis adalah seni, bagaimana memantulkan bola sehingga dapat mengikuti arah yang kita harapkan dan menghasilkan nilai yang positif. Seperti kehidupan kita adalah menaklukkan tantangan/ hambatan untuk mendapatkan hasil yang positif yang akan membawa pada kebahagiaan. Dalam bekerja, prinsip saya adalah fokus dan Selesai. Bekerja dengan enak tapi jangan seenaknya,” ujar Sapto.
Pria kelahiran Pacitan, 2 September 1966 ini mengaku merasa bangga akan profesi yang digelutinya saat ini yakni menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang pemasyarakatan. Tidak heran, Sapto mempu mengabdikan diri dalam jagka waktu yang panjang, 32 tahun bagi negara.
Sebelumnya Sapto menempuh pendidikan di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) dan lulus pada tahun 1989. Ia lantas melanjutkan meraih gelar S1 Ilmu Hukum dari Universitas Hazairin Bengkulu (lulus tahun 1995) serta S2 Ilmu Hukum Univesitas Negeri Bengkulu (lulus tahun 2009).
Penempatan pertamanya adalah di Rutan Kelas IIB Arga Makmur Bengkulu. Kemudian tahun 2000-2003 menjabat sebagai Kepala Subseksi Pelayanan Tahanan di Rutan Kelas IIB Arga Makmur Bengkulu. Pada tahun 2003-2008 Sapto diangkat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Narapidana/ Anak Didik di Lapas Kelas IIA Curup Bengkulu. Tahun 2008-2011 menjabat sebagai Kepala Rutan Kelas IIB Sungai Penuh Jambi.
Di tahun 2011-2012 dipindahtugaskan untuk menempati posisi Kepala Bidang Kegiatan Kerja Lapas Kelas I Cipinang. Berlanjut di tahun 2012-2016 sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Lapas Kelas I Tangerang. Pada tahun 2016-2018 sebagai Kepala Lapas Kelas IIB Meulaboh, tahun 2018-2020 sebagai Kepala Lapas Khusus Kelas IIB Sentul dan tahun 2020-2021 menjadi Subdirektorat Kepatuhan Internal dan Evaluasi Direktorat Keamanan dan Ketertiban. Barulah di 2021 hingga kini dirinya menahkodi Lapas Kelas II A Pekanbaru sebagai Kalapas.
Di jabatannya saat ini, Sapto bertanggung jawab melakukan pembinaan WBP, memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja, melaksanakan bimbingan social/ kerohanian bagi WBP, melakukan pengendalian keamanan dan ketertiban dan melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas.
Dalam setiap kebijakan yang diambil, sebisa mungkin Sapto melibatkan timnya untuk mekukuhkan rasa tanggung jawab dan sense of belonging terhadap pengabdiannya.
“Saya berusaha melibatkan tenaga staf kantor untuk membantu pengamanan dan pengawalan. Memperbanyak pemberian arahan dan penguatan melalui briefing dan pendekatan personal. Selain itu, memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada agar lebih efisien dan efektif,” tuturnya.
Sejauh ini, prinsip tersebut juga diterapkan dalam menciptakan program-program layanan yang efektif bagis masyarakat. Beberapa program reguler di Lapas Kelas II Pekanbaru meliputi program kemandirian WBP dan Program Sambung Rasa. Di Program Sambung Rasa, seluruh pejabat turun langsung ke lapangan atau blok hunian WBP dengan tujuan menampung baik aspirasi, harapan maupun unek-unek WBP. Diakui Sapto, Program Sambung Rasa ini ternyata memberikan hasil yang sangat bagus sebagai sarana curhat WBP tentang aspirasi dan harapan maupun permasalahan pribadinya.
Ada juga pemberian reward kepada pegawai yang memiliki kinerja terbaik setiap bulan berupa Piagam Tertulis dan Pin Bedelau (Bedelau merupakan Bahasa melayu yang bermakna cemerlang atau terbaik). Tidak ketinggalan sosialisasi P4GN bagi pelajar SMA di Kota Pekanbaru sebagai wujud sumbangsih Lapas Kelas IIA Pekanbaru pada program pemerintah untuk memberikan peringatan kepada generasi muda agar tidak terjerumus penyalahgunaan narkoba Keseluruhan program reguler tersebut ditujukan untuk meningkatkan program pembangunan Zona Integritas.
“Lapas Kelas IIA Pekanbaru sudah meraih predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan akan kami tingkatkan untuk meraih predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Kami bertekad Lapas Pekanbaru menjadi institusi yang Modern, Akuntabel, Jujur, Unggul baik di Riau maupun Nasional,” pungkas Sapto. (Angelina)