Plastik, material kemasan makanan dan minuman memiliki banyak keunggulan. Mulai dari sisi keamanan, tingkat sustainability tinggi. Hingga tidak mempengaruhi rasa dan kualitas dari makanan dan minuman di dalamnya.
Bahkan, kemasan berbahan plastik memastikan produk pangan di dalamnya tetap terjaga kualitasnya sekaligus menjaga dari kontaminasi.
Itulah sebabnya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cikarang memilih plastik. Sebagai material utama dari produk unggulannya. Yaitu lunch box, gelas, piring, sendok, tray lemari, dan berbagai produk plastik cetakan lainnya.
Kepala Lapas Kelas IIA Cikarang, Saverius Essau Gustaf Johannes, mengungkapkan proses aneka produk plastik tersebut menggunakan teknik Injection Molding. Maka, bisa menghasilkan bentuk sesuai dengan permintaan konsumen.
Dalam pengerjaaanya, Lapas Kelas IIA Cikarang melibatkan 64 orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Sedangkan yang khusus menangani produk unggulan plastik sebanyak 52 WBP.
“Pengerjaan kami terbilang cepat. Hanya dalam waktu satu hari bisa menghasilkan ratusan bahkan ribuan produk. Biaya produksinya pun terjangkau karena pengerjaan di Lapas sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. Untuk harga jual kita pun relatif terjangkau 5.000 – 25.000/pieces,” ujar Veri, sapaan akrab Saverius Essau Gustaf Johannes.
Sebelum mampu memproduksi produk ungulan dengan kapasitas tinggi. Veri sudah terlebih dahulu gencar melakukan pelatihan kepada para WBP.
Selama 1-2 minggu para WBP menjalani training untuk untuk menguasai product knowledge, SOP Pengerjaan dan syarat ketentuan dari produk tersebut. Training tersebut bersifat rutin agar para WBP dapat terampil dalam menghasilkan produk berkualiats tinggi.
“Produk plastik kami teruji, sesuai dengan standar dan spesifikasi permintaan berdasarkan kebutuhan konsumen/klien kami. Konsumen juga bisa memesan produk customize sesuai kebutuhannya,” terang Veri.
Selain aneka produk berbahan dasar plastik, Lapas Kelas IIA Cikarang juga mengkaryakan WBPnya membuat souvenir khas Jawa Barat. Yaitu dengan model alat kesenian angklung, kujang, dan suling. Souvenir terbuat dari bahan baku kayu jati belanda atau bekas palet.
Namun setelah jadi dapat memiliki nilai ekonomi tinggi dengan harga jual 300.000/pieces. Selain itu, terdapat juga Lalu Produk Roti Lacika dan Pengolahan Kedelai Tempe yang juga menjadi unggulan Lapas Cikarang.
Pemasaran Mulut ke Mulut
Sejauh ini, pemasaran produk dari mulut ke mulut di lingkungan Kemenkumham dan instansi lainnya.
Dalam produksi dan pemasaran, Lapas Kelas IIA Cikarang menggandeng PT. Glory Karsa Abadi sebagai mitra.
Sebelum pandemi, Lapas Kelas IIA Cikarang kerap mengikuti berbagai pameran karya warga binaan oleh Kementerian Perindustrian, Pemkab. Bekasi, serta Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bekasi.
Namun kini, untuk mengantisipasi pembatasan mobilitas dan kerumunan. Veri memasarkan melalui online. Seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, serta pameran virtual dari Ditjen Pemasyarakatan.
Meski hanya berkarya di dalam Lapas, Veri tetap meyakini kemampuan para WBP akan berguna kelak bagi masa depan mereka. Khususnya WBP selepas menjalani masa hukuman nanti.
Lapas Kelas II Cikarang bersama mitra memfasilitasi para WBP tergabung dalam pokja. Untuk mendapatkan sertifikat kemampuan saat melamar pekerjaan.
Dari pelatihan tersebut, warga binaan bisa membuat relasi dengan warga binaan yang lain. Menurut Veri, ketika sudah selesai menjalani masa hukuman. Mereka bisa bekerjasama dan bermitra dengan UKM atau IKM yang memberikan pelatihan dengan melampirkan bukti sertifikat. Jauh dari itu, mereka juga mendapat bekai rasa untuk saling peduli dan gotong royong atas sesama.
“Pengembangan kreativitas warga binaan baik melalui pembinaan kemandirian ataupun pembinaan kepriadian akan memberikan wawasan yang luas dan bermanfat untuk bekal mereka ketika kembali ke lingkungan masyarakat,” tandas Veri. (Angelina)




