Peran perempuan di segala bidang tidak lagi dianggap sebelah mata. Mendapati sosok kaum perempuan menempati jabatan strategis sesuai kapabilitas yang dimiliki adalah hal wajar. Namun, keberadaan perempuan tidak lagi dianggap sebagai kompetitor bagi pekerja lainnya termasuk kaum pria. Baik perempuan maupun laki-laki idealnya berkolaborasi demi kinerja yang optimal.
Demikian halnya yang dipahami oleh Gina Arinda Santy. Perempuan kelahiran Tenggarong, 21 Februari 1994 ini kini bertugas sebagai pengelola Barang Milik Negara (BMN) merangkap Hubungan Masyarakat (Humas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Samarinda.
Dalam menjani kesehariannya, Gina mengaku tidak mengalami perbedaan signifikan.Meskipun profesinya lebih didominasi kaum pria. Baginya, bila bicara profesionalitas maka yang terpenting adalah kompetensi apa yang dimiliki.
“Saya kira kita berada di era yang tidak lagi membedakan laki-laki dan perempuan dalam hal kesempatan berkarya dan berkarir. Jadi menurut saya dalam hal pekerjaan, (gender) bukan soal penting atau tidak penting, tapi soal siapa punya kompetensi apa,” ujar sarjana lulusan Universitas Kutai Kartanegara ini.
Bahkan menurut Gina, perempuan justru memiliki beberapa sifat dasar alamiah yang menjadi pembeda dan sangat berguna dalam bekerja. Perihal ketelitian misalnya. Kaum hawa memang lebih memiliki perhatian terhadap hal-hal yang detail sifatnya. Di divisi apapun, sifat teliti dalam bekerja tentunya sangat bermanfaat untuk meminimalisir kesalahan.
“Jika dimanfaatkan dengan baik perempuan bisa lebih inovatif dalam berkarya. Untuk itu menurut saya seharusnya kita lebih bisa konstruktif lagi dengan mengedepankan aspek kolaboratif antara laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan,” tuturnya.
Gina menambahkan, dalam bekerja perempuan tetap harus memiliki daya juang dan semangat yang tinggi. Apalagi bila berperan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Diperlukan sikap dinamis dan inovatif dalam menjawab setiap tugas yang diberikan.
Gina juga menyadari bahwa lapas kini, berbeda dengan image di masa sebelumnya. Sistem pemasyarakatan pada Lapas berorientasi pada integrasi sosial, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup manusia. Para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang sebelumnya pernah melanggar hukum, diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri baik dari segi kepribadian ataupun kemandirian agar dapat diterima oleh masyarakat setelah bebas nanti.
“Di Kemenkumham selalu ada regulasi baru, perbaikan dan evaluasi. Itu sangat menarik karena saya bisa mengeksplorasi potensi, value dan daya pikir pribadi. Hal ini membuat saya menjadi lebih proaktif dalam berbagai hal. Tentunya saya bangga menjadi bagian dari kemenkumham,” ungkap Gina.
Meski demikian, dirinya tidak memungkiri tantangan dan kendala dalam bertugas tetap saja ada. Salah satunya adalah jumlah petugas Lapas Samarinda yang tidak memadai apabila dibandingkan dengan WBP. Dari total 800-900 WBP mulai dari kasus pencurian, pembunuhan, Narkoba hingga korupsi ditangani oleh 84 orang petugas. Artinya equivalen dengan 100 warga binaan dihandel oleh 1 orang petugas. Menyiasati hal ini, Gina berusaha menjalankan tugas sepenuh hati dengan berpegang pada nilai integritas, profesionalitas dan proporsional.
“Secara pribadi, sebisa mungkin saya mendisiplinkan diri, menjaga integritas, bekerja dengan baik dan tetap waspada. Ketika di kantor maka sepenuhnya saya mencurahkan pikiran dan tenaga untuk pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya. Secara tim dan kepada WBP, tentu yang harus diutamakan adalah koordinasi dan komunikasi, sedangkan dalam penerapannya sehari-hari menurut saya etika adalah hal utama dalam bekerja,” ujarnya.
Berbekal kiat-kiat tersebut dalam bekerja, Gina selalu berusaha agar kehadirannya baik di komunitas di lingkungan kerja, masyarakat ataupun keluarga dapat memberikan manfaat dan pengaruh positif. Tidak lupa di sela kesibukannya, perempuan berhijab ini meluangkan waktu dengan nonton, olahraga dan jalan-jalan agar tidak bosan sekaligus mencari suasana baru.
“Sukses menurut saya adalah di mana kehadiran kita menjadi bermanfaat untuk institusi dan lingkungan kita khususnya keluarga. Saran saya, kembangkanlah kemampuan diri sesuai minat dan bakat, tanpa mengurangi kodrat sebagai wanita, pungkas Gina. (Angelina)