MENYANDANG gelar “Cendekia Utama Karyadhika” justru tidak membuat Rama Fatahillah Yulianto kehilangan fokusnya untuk tetap berproses secara konsisten.
Selepas kelulusannya dari Prodi D-IV Bimbingan Kemasyarakatan Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) pada 2022, Rama masih terus berfokus dalam mengembangkan potensi dirinya. Hingga pada akhirnya ia berhasil melanjutkan kariernya sebagai JFT Pembimbing Kemasyarakatan Ahli Pertama di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Malang.
Rama Fatahillah Yulianto merupakan pria kelahiran Jember, 26 Juli 1999 yang hobi menulis. Konsistensinya dalam berproses bermula dari ketertarikannya pada dunia pemasyarakatan itu sendiri.
“Awalnya saya mencari prospek sejumlah sekolah kedinasan, kemudian fokus ke Kemenhumkam karena menurut saya ilmu pemasyarakatan jarang diajarkan di Indonesia dan lulusannya benar-benar profesional. Biaya ikatan kedinasan Kemenkumham juga gratis dan dapat uang saku, jadi bisa meringankan orang tua saya,” jelas pria yang akrab disapa Rama ini.
Lebih lanjut, ketertarikannya pada dunia pemasyarakatan juga didapatkan dari sejumlah literatur pengetahuan serta aturan terkait yang ia himpun dan tuangkan menjadi pemikiran pribadi secara mandiri.
“Seiring berjalan saya juga membaca sejumlah aturan serta artikel, dan menuangkan pemikiran saya melalui beberapa tulisan. Hingga akhirnya saya tertarik karena fenomena di pemasyarakatan itu unik dan banyak yang bisa digali,” sambung Rama.
Ketertarikannya tersebut kemudian menumbuhkan profesionalisme dan ketekunan dalam dirinya baik saat melakukan pendaftaran, menjalani pendidikan, hingga berhasil lulus sebagai taruna terbaik.
“Latihan fisik sudah pasti, gabung binsik dengan rekan-rekan seperjuangan yang mendaftar sekolah kedinasan lainnya. Setiap hari juga belajar buku SKD atau Tes CPNS,” terangnya.
Ia menuturkan, bahwa perjuangan yang harus dilaluinya terbilang sangat besar dan sulit.
“Setiap pengumuman tes deg-degan, jauh dari keluarga, tidak bisa bertemu teman-teman, sampai hidup serba disiplin dan bersih. Awalnya kesulitan, tapi lama-kelamaan dari situ saya bisa memaknai arti hidup,” ungkapnya.
Namun demikian berkat ketekunan dan dukungan doa dari orang tuanya, perjalanan panjang nan melelahkan yang ia jalani pada akhirnya sukses membuahkan hasil memuaskan.
“Bahagia dan bersyukur, gelar lulusan terbaik itu bonus dari serangkaian proses yang dilalui. Intinya tetap berproses dan jangan terlena atas suatu pencapaian,” lanjutnya.
Rama berpesan kepada para calon taruna/taruni Poltekip yang tengah berjuang untuk terus semangat dalam menggapai cita-cita.
“Selamat berjuang dan terus semangat, buktikan kalau Poltekip tidak salah memilih teman-teman. Berjuang dan berdoa itu senjata semua orang, tapi yang membedakan adalah tingkat keseriusan antara keduanya,” pungkasnya. (Faj)