Disaat kebanyakan orang memilih untuk menjadi seorang dokter dengan stetoskop yang melingkar di lehernya, atau seorang guru dengan kapur tulis di tangannya, hal berbeda justru dipilih oleh sosok yang satu ini. Ia adalah Mulyadi, pria yang lahir di Jakarta ini lebih memilih untuk menjadi seorang petugas pemasyarakatan yang kesehariannya berkecimpung di dalam penjara. Untuk meraih mimpinya, Ia pun menempuh pendidikan di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) dan menyelesaikan studinya di tahun 1989.
Setelah lulus, Ia pun langsung ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Karangasem, Bali, sebagai staf di bagian registrasi. Bercengkrama dan bertatap muka dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sudah menjadi makanan sehari-hari. Berbagai macam karakter dan latar belakang warga binaan hampir sepenunya Ia pahami. Dari sini lah Ia semakin yakin untuk mendalami perannya sebagai petugas pemasyarakatan. Banyaknya tantangan dan peluang untuk membantu sesama manusia menjadi alasan Ia tertarik untuk terjun lebih dalam di dunia pemasyarakatan. Ia pun membawa misi kemanusiaan dan bertekad mengubah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) menjadi manusia yang lebih baik.
Misi ini lah yang akhirnya mengantarkan Ia untuk pertama kalinya menjadi Kepala Rutan Kelas IIB Siak Sri Indrapura di Riau pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Setelah itu Ia pun kembali dipercaya menjadi Kepala Rutan dan Lapas di berbagai wilayah di Indonesia hingga tahun 2020.
Menjabat sebagai seorang kepala tentu bukan hal yang mudah, terlebih harus berpisah dengan keluarga besarnya yang berada di Jakarta. Namun, hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk bisa mengerahkan seluruh kemampuannya dalam memberikan pembinaan kepada warga binaan. Baginya, hal paling berkesan selama membina warga binaan adalah ketika Ia melihat warga binaan berhasil menjalani hukuman dan dapat kembali hidup normal di luar lapas. Apalagi, saat warga binaan mampu menerapkan seluruh keterampilan yang diterimanya selama berada di dalam lapas/rutan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. “Mission Completed”, tuturnya.
Pria yang dibesarkan di lingkungan TNI Angkatan Laut ini merupakan pribadi yang ramah dan murah senyum ketika bersama petugas maupun warga binaan. Hal ini seakan kontradiksi dengan statusnya yang pernah menjabat sebagai kepala lapas selama 15 tahun. Karena kebanyakan, seorang kepala menunjukan sisi garangnya, namun, Mulyadi justru membina dengan cara yang berbeda. Sosoknya yang mengayomi membuat banyak warga binaan tampak begitu respect padanya. Seringkali, ketika Ia akan dipindahtugaskan, banyak doa dipanjatkan untuknya dan keluarganya. Tak hanya itu, banyak juga warga binaan yang berterima kasih atas pembinaan dan pelayanan yang Ia berikan selama Ia menjabat sebagai kepala lapas maupun rutan.
Selain sosok yang humble, Mulyadi, begitu sapaannya, merupakan seorang pekerja keras yang profesional. Ia bahkan dinilai sangat cekatan dalam menjalankan tugasnya. Kegigihan ini lah yang akhirnya membuahkan hasil begitu manis. Di tahun 2020, pria yang saat ini memasuki usia 53 tahun dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan wilayah Nusa Tenggara Timur.
Meskipun Ia sedang memikul tanggung jawab yang lebih berat, hal tersebut justru semakin memicu adrenalinnya. Pria yang sangat menyukai tantangan ini kini memusatkan konsentrasinya pada 21 satuan kerja pemasyarakatan yang bernaung di bawahnya. Perihal itu pun dibuktikan melalui giat sidak ke dalam lapas dan rutan secara rutin serta membangun sinergitas antara satuan kerja pemasyarakatan maupun stake holders.
Tantangan yang Ia hadapi selama menjabat sebagai Kadiv PAS tak berenti sampai di situ, pasalnya, Ia harus mampu berperang melawan Pandemi Covid-19 yang tengah melanda di seluruh Indonesia. Kemampuan problem solving yang dimilikinya Ia gunakan untuk mengatasi pandemi tersebut. Dengan cepat Ia mengubah sistem kerja yang awalnya tatap muka menjadi work from home. Ia juga menekankan kepada seluruh pegawainya untuk mematuhi protokol kesehatan dimanapun berada. Selain itu, sebagai bentuk kepeduliannya terhadap seluruh petugas, kerap kali Ia mengirimkan makanan maupun vitamin untuk membantu meningkatkan imun. Tak jarang, Ia menyemangati seluruh pegawai melalui pesan singkat yang Ia kirim setiap hari. Berkat ketulusannya ini lah beberapa pegawai yang sempat dinyatakan positif akhirnya dapat beraktivitas kembali.
Untuk tetap bertahan di tengah pandemi covid-19 tentu Ia tidak hanya mengandalkan fisiknya saja. Ia mengandalkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Memang, Mulyadi merupakan sosok yang sangat agamais di dalam pergaulannya. Ia selalu menerapkan kepada rekannya untuk senantiasa mengingat sang pencipta dan selalu bersandar pada Allah SWT.
Selama hampir tujuh bulan berperan sebagai seorang Kadiv PAS, Mulyadi memiliki harapan yang besar, yaitu, dengan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan saat ini, Ia berharap semoga selalu diberikan kesehatan dan dapat memberikan kontribusi positif demi kemajuan KEMENKUMHAM secara khusus dibidang pemasyarakatan. (SYIFA)