TIDAK ada program yang sifatnya sempurna seratus persen. Entah dalam perumusan ataupun pelaksanaannya kerapkali luput dari apa yang direncanakan. Itulah sebabnya diperlukan evaluasi untuk setiap pemberlakuan program yang dicanangkan. Evaluasi ini tidak hanya untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih baik dari hasil pembelajaran yang sudah terlaksana. Melainkan juga memberikan kualitas yang bagus bagi proses pembelajaran kedepannya.
Pentingnya evaluasi juga diamini oleh Mujiarto, AMd.IP, S.H. Pria kelahiran Jakarta, 3 Mei 1973 yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Khusus Kelas IIA Gunung Sindur ini selalu menjadikan evaluasi sebagai bagian dari rangkaian program kerjanya.
“Dalam memenuhi kriteria tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan karena membutuhkan proses yang panjang untuk pencapaiannya, karena setiap individu ASN memiliki latar belakang keluarga, pendidikan dan lingkungan yang berbeda-beda. Itulah sebabnya perlu duduk bersama dengan Tim mengevaluasi hasil pekerjaan baik secara rutin maupun insidentil guna mencapai hasil yang optimal sesuai target,” ujar Muji.
Selama berkarir di Pemasyarakatan, dirinya pernah ditempatkan di 8 provinsi yang berbeda, mulai dari Staf Kesatuan Pengamanan Rutan di Rutan Kelas IIB Ternate (1996-2003), kemudian mendapatkan amanah sebagai Kepala KPR Rutan Kelas IIB Ternate (2003-2005), Kepala Subseksi Pelaporan dan Tata Tertib Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta (2005-2010), Kepala Seksi Bimbingan Napi / Anak Didik Lapas Kelas IIA Banjarmasin (2010-2013), Kepala Rutan Kelas IIA Ambon (2013-2014), Kepala Lapas Kelas III Kayu Agung (2014-2017).
Diawal tahun 2017 berpindah tugas ke Jawa Barat mendapat amanah sebagai Kepala Lapas Kelas III Gunung Sindur (2017), kemudian pada tahun yang sama berpindah tugas sebagai Kepala Rutan Kelas I Makassar (2017-2020). Diawal Tahun 2020, berpindah ke Banten sebagai Kepala Rutan Kelas I Tangerang (2020). Hingga akhirnya kembali lagi menjabat sebagai Kepala Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur sampai saat ini (2020-2023).
Bagi Muji, menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan bangsa ini dalam mengisi kemerdekaan. Menjadi seorang birokrat yang baik, dalam hal sebagai pelayanan publik, juga mempunyai peran penting dalam pembangunan berbangsa dan bernegara.
“Kalau berbicara tentang Lapas terdiri dari dua unsur yaitu ASN dan WBP. Kendala utamanya terhadap ASN, dimana idealnya seorang ASN harus memiliki kedewasaan spritual, kecerdasan emosional, kematangan intelektual dan ketangguhan jasmani,” ungkapnya.

Menyiasati tantangan tersebut, Muji juga berupaya memfasilitasi dan memotivasi WBP di Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur lewat beragam program pembinaan kepribadian, seperti Kepribadian Kerohanian Islam, Pembinaan Kepribadian Kerohanian Kristen, Pembinaan Kepribadian Kerohanian Budha, dan Pembinaan Kepribadian Berbangsa dan bernegara, Kepramukaan.
Adapun Pembinaan kemandirian yang diberikan yang merupakan program unggulan meliputi minuman Jahe Merah dan Kopi Rempah Gunung Sindur. Selain itu, pembinaan kemandirian berbasis kearifan lokal juga terus didorong yaitu perikanan, budidaya ikan air koi dan ikan gurame.
“Seluruh ASN Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur wajib mengetahui dan melaksanakan Tugas dan Fungsinya masing-masing tanpa kesalahan sehingga target kinerja tercapai 100%. Melalui program-program pembinaan kepribadian dan kemandirian tersebut, kami ingin para pelanggar hukum menjadi manusia yang punya bekal keterampilan dan berakhlak mulia sehingga setelah habis menjalani pidananya dapat di terima kembali oleh masyarakat,” paparnya.
Meski demikian, dibalik kepemimpinannya yang tegas dan disiplin, Muji adalah sosok pria yang dekat dengan keluarga. Ayah dua puteri (Keenanty dan Meutya) ini meluangkan waktu dengan keluarga di sela-sela kesibukan dan beban kerja yang tinggi. Selain itu, Touring Motor dan Adventure dipilihnya sebagai pelepas penat di waktu luang.
“Bersama rekan-rekan komunitas. Untuk menjaga kesehatan, dan mengasah mental agar mampu melewati berbagai medan dan rintangan sulit, serta melatih diri untuk fokus konsentrasi dan mengambil keputusan di waktu yang tepat,” pungkas Muji. (Gea)