KERASNYA pendidikan serta penuh disiplin tinggi yang ia peroleh selama menjadi taruna di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), melahirkan versi terbaik bagi diri seorang Yudha Cahyo Prabowo dalam berkarier maupun mengabdi untuk negeri.
Yudha sendiri adalah laki-laki kelahiran Palembang 25 Mei 1997, yang mana merupakan lulusan terbaik I Prodi Manajemen Pemasyarakatan Poltekip Angkatan-51. Saat ini dirinya tengah melanjutkan karier di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas).
Jiwa disiplin, berkompeten, serta berintegritas selalu ia tanamkan pada dirinya, baik ketika masih menjalani pendidikan di Poltekip hingga mengabdi secara langsung bagi masyarakat luas.
“Dikarenakan sebagai taruna tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan yang luas tetapi juga dituntut memiliki kondisi fisik prima dan keterampilan yang kompeten di bidang Pemasyarakatan,” ungkap laki-laki berhobi membaca buku dan berolahraga itu.
Dalam menjalani tugasnya kini, Yudha selalu berkaca atas setiap hal yang telah ia lalui selama ini. Melalui berbagai pengalaman dan pembelajaran yang ia petik satu per satu, mengubah dirinya sebagai petugas pemasyarakatan yang lebih baik hari demi hari.
Yudha mengatakan, bahwa pengalaman dinas pertamanya di Lapas Nusakambangan merupakan salah satu momen krusial bagi dirinya dalam belajar dan berkembang.
“Saya mengawali dinas dengan On Job Training di Nusakambangan, yang mana Nusakambangan adalah salah satu pulau dengan tingkat pengamanan Lapas terketat di Indonesia. Awal mula menjalani dinas, saya merasa penasaran dikarenakan sebagai alumni muda yang minim pengalaman, saya belum banyak mengetahui kondisi tugas yang ada di Nusakambangan,” katanya.
Meskipun begitu, Yudha mengakui bahwa dirinya tetap menikmati prosesnya di masa-masa tersebut dengan nyaman serta penuh tanggung jawab.
“Tetapi setelah dijalani saya merasa menikmati dan nyaman terhadap tugas yang saya emban. Dikarenakan di sana saya mendapatkan pengalaman maupun ilmu yang ke depannya dapat diaplikasikan ke penugasan selanjutnya,” sambungnya.
Lebih lanjut Yudha menuturkan, bahwa tantangan dan hambatan dalam berdinas merupakan hal pasti yang harus dihadapi oleh setiap petugas pemasyarakatan. Walaupun demikian, Yudha beranggapan bahwa sebagai petugas pemasyarakatan harus mampu menghadapi segala kendala, hambatan, hingga tantangan dengan berpegang teguh pada kode etik dan peraturan yang berlaku.
“Sebagai petugas pemasyarakatan kami bertugas membina Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang notabenenya adalah orang yang bermasalah dengan hukum dan juga memiliki karakteristik masing-masing. Sehingga kita harus memiliki strategi tersendiri untuk melakukan pendekatan kepada WBP agar mereka selain dapat diatur tetapi juga
memiliki motivasi mengikuti program pembinaan,” jelas Yudha.
Tidak hanya itu, tantangan dan kendala selanjutnya bagi Yudha dalam berdinas di lingkungan Kemenkumham (Kementerian Hukum & HAM) adalah keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Di mana seringkali kita harus mengorbankan salah satu prioritas yakni kehidupan pribadi kita dalam melaksanakan tugas sebagai ASN dengan profesionalisme dan penuh rasa tanggung jawab,” ucapnya.
Bagi Yudha, profesionalisme dan rasionalitas adalah dua hal penting yang wajib diimplementasikan sebagai seorang petugas pemasyarakatan. Guna dapat memecahkan setiap akar permasalahan yang muncul di lapangan.
Yudha berharap bahwa ke depannya dirinya dapat terus berperan aktif memberikan pembinaan terhadap para WBP, serta konsisten berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat luas.
“Harapan saya kedepannya institusi pemasyarakatan dapat terus berperan aktif dalam memberikan pembinaan terhadap para WBP, sehingga mereka dapat diterima kembali di tengah masyarakat. Dan juga terus selalu berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tutup Yudha. (Fajri)