Mutu atau kualitas, salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam bisnis perdagangan barang atau jasa. Mengapa? karena kontrol pada kualitas suatu produk atau jasa akan membawa banyak manfaat, mulai kepuasan kepada para pelanggan, sukses dalam bidang pemasaran dan menjaga kepercayaan terhadap perusahaan.
Karenanya, perlu menumbuhkan rasa motivasi di dalam diri pekerja. Meningkatkan standar kerja atau pelayanan dan menjaga image brand atau perusahaan.
Hal ini juga berlaku bagi produk hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang. Lapas Kelas I Tangerang berkomitmen penuh terhadap pembinaan dan peningkatan kemampuan dari para WBP-nya. Pembinaan tersebut meliputi bidang produk yang sifatnya komersial dan bernilai jual.
Bidang yang menjadi fokus utama pemberdayaan WBP di Lapas Kelas I Tangerang meliputi tiga manufaktur yaitu pembuatan sandal, pembuatan kerajinan kayu (woodcraft) Taba Pen dan pembuatan tempe.

“Yang lalu biarlah berlalu. Tataplah masa depan untuk hidup dengan lembaran baru. Oleh sebab itu, kami di Lapas Kelas I Tangerang melalui bidang kegiatan kerja terus berupaya meningkatkan kemandirian, kemampuan dan kreatifitas kerja warga binaan sebagai bekal. Harapannya, setelah keluar dari Lapas, mereka bisa berbaur di masyarakat pada umumnya,” ujar Kepala Lapas Kelas I Tangerang, Victor Teguh Prihartono.
Dirinya menggarisbawahi, meski dikerjakan oleh para WBP, produk karya tetap memiliki standar mutu dan nilai kompetitif di pasaran. Untuk itu, upaya pengendalian dan peningkatan mutu selalu terus dilakukan guna meningkatkan kualitas produk.
Salah satu wujud nyatanya adalah pelatihan pelatihan pembuatan sandal hotel, bekerja sama dengan Lapas Kelas IIA Salemba yang diikuti oleh 40 WBP Lapas Kelas I Tangerang pada Januari 2021 lalu. Demikian halnya pelatihan secara reguler juga dilakukan pada dua bidang pembinaan lainnya yakni kerajinan kayu (woodcraft) Taba Pen dan pembuatan tempe.
“Kami sangat menjaga kualiats produk. Bagi kami kepuasan konsumen adalah nomor satu. Jadi, kemampuan produksi dan penggunaan bahan baku terbaik memang menjadi prioritas utama proses kami,” imbuh Victor.
Sandal Hotel
Produk pertama hasil karya WBP Lapas Kelas I Tangerang adalah sandal hotel. Sebanyak 44 ABP diberdayakan untuk pembuatan sandal di bengkel kerja Lapas Kelas I Tangerang. Tiga jenis produk sandal yang dibuat adalah flip flop, sandal hotel dan sandal slip on.
Tahapan proses pembuatan yang biasa dilakukan meliputi proses pemotongan bahan baku, pemasangan tali untuk jenis sandal jepit, proses amplas dan terakhir adalah pengemasan.
Dukungan pemasaran prosuk sandal ini dilakukan melalui media sosial dan situs www.giatjapasta.com. Salah satu prestasi penjualan tertinggi yakni permintaan 2000 pasang sandal untuk didistribusikan ke Citi M Hotel.
Kerajinan Kayu
Selanjutnya, masih dalam kategori produk kreatif yakni kerajinan kayu yang diberi label Taba Pen. Produk ini meliputi bolpoin kayu ekslusif: Pen kit dan Pen Blank serta tasbih dengan aneka bentuk dan warna. Salah satu nilai lebih dari Taba Pen adalah konsep Go Green dengan memanfaatkan limbah kayu industri.
Selain itu, proses pewarnaan dan finishing Taba Pen pun menggunakan bahan non-toxic seperti minyak jarak dan lilin lebah. Taba Pen merupakan salah satu produk unggulan hasil karya WBP Lapas Kelas I Tangerang yang pernah dijadikan souvenir di Istana Negara.
Tempe
Produk ketiga hasil karya WBP Lapas Kelas I Tangerang datang dari sektor agrobisnis yakni pembuatan tempe. Lapas Kelas I Tanggerang melalui bidang kegiatan kerja membina empat WBP untuk memulai pembuatan tempe sejak tahun 2018.
Per harinya Lapas Kelas I Tangerang mampu memproduksi 300 pack tempe. Distribusi pemasaran tempe ini bekerja sama dengan pemborong untuk kebutuhan kepada bahan makanan Lapas se Banten, Lapas Gunung Sindur, Lapas Cikarang dan Lapas Karawang.
Tempe, hasil karya WBP Lapas Kelas I Tanggerang dipastikan menggunakan bahan baku berkualitas terbaik mulai dari kedelai, ragi hingga plastiknya.
Untuk pembuatannya, memerlukan ruangan yang sirkulasi udaranya sedikit sehingga membuat ruangan hangat dan bagus untuk perkembangan tempe tersebut.
Rangkaian program pembinaan WBP tersebut ditujukan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis. Di sisi lain, Victor meyakini program-program tersebut sebagai bentuk nyata komitmen serta kepedulian Lapas Kelas I Tangerang akan pengembangan skill dan kesejahteraan para warga binaannya di masa yang akan datang.
“Semangat untuk merevitalisasi lembaga pemasyarakatan sebagai sentra produktif diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap pembinaan di Lapas. Jumlah warga binaan pekerja yang sekarang aktif dan tersebar di bengkel kegiatan kerja di Lapas Kelas I Tangerang ada 131 orang. Program ini juga menjadi kegiatan yang berguna dan produktif serta tantangan untuk tetap menjadi produktif di masa pandemi Covid-19 ini,” tandas Victor. (Angelina)