Tidak banyak yang tahu tentang kisah musisi yang mengharu-biru. Bagaimana perjuangan mereka dari nol? Bagaimana pula mereka menjemput impian yang tertunda sekian lama?
Seperti kisah seorang musisi asal Medan, Iag Gulo. Bagaimana nelangsa dan sakit yang tidak terkisahkan secara detail kisah musisi ini? Iag Gulo kepada integritasnews.com bercerita perjalanannya sebagai musisi, Selasa (2/3/2021).
Iag Gulo bertutur bahwa sudah menekuni dunia musik sejak 26 tahun lebih. Penyuka jenis rock ini mengasah kemampuan musiknya secara otodidak.
“Obsesinya sejak awal adalah bagaimana anak Medan mampu berkiprah di panggung nasional,” tutur Gitaris di grup Daway Band ini, yang juga sebagai arranger sekaligus pencipta lagu ber-genre pop-rock.
Sejurus kemudian, Iag Gulo pun membentuk Daway Band pada 1999 silam. Band-nya itu dibentuk ketika masih berstatus sebagai mahasiswa.
“Saat masih berkuliah Fakultas Hukum di Universitas HKBP Nommensen Medan,” ujarnya.
Daway Band bukanlah band pertama Iag Gulo. Sebab dia bersama kawan-kawannya membentuk grup musik bernama Cucer Band.
“Saat masih bersekolah di SMA Budi Utomo Medan,” ungkapnya.
Bahkan, Iag menuturkan, bahwa kemampuan bermusiknya tersalurkan dari gereja ke gereja. Hingga ikut ajang festival musik di Medan sekitarnya.
“Ini kesempatan saya untuk belajar banyak alat musik, menekuninya, sembari belajar membuat lagu,” tuturnya agak senyum-senyum, ketika mengingat gereja adalah tempat memulai menyalurkan bakat bermusiknya.
Waktu terus berlalu, tahun pun berganti. Beberapa personil Cucer Band hijrah ke Jakarta. Tak ayal, grup band-nya Cucer Band menjadi vakum. Dasar anak band, Iag pun bergabung dengan berbagai group band yang ada di Kota Medan.
“Supaya semangat dan kemampuan musiknya terus terawat dan terasah,” ujar Iag Gulo.
Dari perjalanan mengikuti berbagai ajang festival musik, yang terus diikutinya di luar Cucer Band. Sebagai musisi batinnya mulai bergemuruh. Iag Gulo mulai menyadari bahwa sekadar melantunkan karya musisi lain. Karirnya sebagai musisi kurang begitu bermanfaat.
“Membawa lagu orang emang keren. Apalagi yang sedang hits. Namun, apalah itu. Tetap saja karya orang,” ungkap lelaki yang lahir di Nias Selatan itu.
Menawarkan Karya Lagu ke Produser di Jakarta
Iag Gulo pun mulai melacak teman-temannya yang seide. Dia bersama Andy Rianto Sitepu (vokalis) dan Moh. Ashraf (basis) membentuk Daway Band pada 1999. Beberapa tahun kemudian, Sahat Nainggolan gabung sebagai penabuh drum.
Daway Band pun konsentrasi menyiapkan karyanya. Iag Gulo bertindak sebagai leader dan pencipta lagu merangkap gitaris. Sejumlah lagu andalan mereka direkam, lalu ditawarkan ke beberapa label di Jakarta.
Ternyata, perjalanan tidak semulus yang dibayangkannya. Iag Gulo mengatakan belum juga ada produser yang bersedia kerja sama mempromosikan musik karya Daway Band. Padahal sudah bolak-balik Medan-Jakarta sembari melacak produser rekaman. Bahkan mengorbankan kuliahnya demi musik.
Anggota grup sibuk mencari kehidupannya masing-masing. Ada yang bertahan di Jakarta, ada juga yang kembali pulang kampung.
Sebagai perantau ibarat bertarung atas nasibnya di tanah rantauan. Iag Gulo terus mencoba peruntungan sebagai musisi. Dia mencoba peruntungannya dengan berinteraksi berbagai komunitas musik di Ibu Kota selama beberapa tahun.
“Sempat gabung dengan band yang dinaungi oleh salah satu label rekaman besar saat itu. Sayang, band tersebut berumur pendek,” ungkapnya.
“Termasuk pengalaman tur ke daerah dalam rangka promo album. Sungguh menambah wawasan, skill, dan kematangan di bidang musik,” tuturnya.

Berkarya Kembali Lewat Sarana Digital
Waktu terus berlalu, tahun pun turut berganti. Semangat bermusik pun kembali menyala pertengahan 2020 lalu. Iag Gulo berbekal pengalaman berinteraksi komunitas musik di Ibu Kota menyadari banyak menimba pengalaman tentang band.
Dia menyadari peluang untuk berkarya cukup terbuka lebar pada era digital ini. Sebab, menurutnya, karya yang diciptakan sayang untuk tidak didengarkan publik.
“Sayang sekali karya lagu kami kalau terkubur begitu saja. Kami pun mulai bangkit. Bergegas menjemput impian yang tertunda. Itu keyakinan kami,” ungkapnya bersemangat.
Tidak perlu menunggu waktu lama, Iag pun mengajak rekan-rekannya untuk gerak cepat. Sejumlah lagu direkam ulang dengan aransemen yang lebih segar. Dua single sudah direkam bersama band Daway Band.
“Lagu berjudul Yang Kulupakan dan Terlalu Cinta sudah dirilis di youtube beralamat Iag Music,” ucapnya agak berpromosi.
“Stok lagu saya cukup banyak. Rencananya akan dimainkan dengan format band, solo atau featuring. Kita cicil satu demi satu. Single ketiga Daway Band on going process. Saya juga sedang siapkan lagu dengan format featuring dengan seorang penyanyi perempuan,” ungkap putra ketiga dari pasangan Masanudin Gulo-Riami Manao itu.
Dalam waktu dekat ini, lagunya juga ditebar di berbagai platform digital lainnya. Seperti di Sportify, iTunes, JOOX. Termasuk membangun kerja sama dengan operator seluler dalam bentuk NSP/RBT.
Iag Gulo menuturkan, bahwa melahirkan karya adalah sebuah panggilan jiwa. Bila kemudian ada dampak secara ekonomi tentu itu wajar saja.
“Karena itu halal-halal saja. Dan itu juga disebut ekonomi kreatif, sebagaimana digelindingkan oleh Presiden Jokowi. Berkarya yang produktif secara ekonomi. Tentunya, dukungan dari khalayak dan berbagai pihak amat kami butuhkan,” tuturnya.
Seperti bunyi bait lirik lagu ciptaannya, Yang Kulupakan.
Kumulai melangkah lagi
Setelah lama kuterpuruk tak pasti
“Saya menjadi musisi ingin berkontribusi untuk mengharumkan nama baik Nias di panggung musik nasional. Semoga mendapat dukungan,” harapannya di akhir perbincangan bersama integritasnews.com. (Citra dan Juan)