Riau-Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bagansiapiapi saat ini menjadi Lapas dengan jumlah hunian terpadat se-Indonesia. Kapasitasnya yang hanya bisa menampung 98 orang, namun saat ini dihuni oleh ini hampir 1000 warga binaan pemasyarakatan. Terjadi overkapasitas hampir 1000 persen.
Begitupun, terbatasnya fasilitas tidak membuat Lapas Bagansiapiapi dan warga binaannya patah semangat. Lapas sebagai tempat pembinaan harus tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya.
Dengan motivasi dan keyakinan, mereka percaya bahwa hanya mereka yang mampu merubah nasibnya sendiri. Hal itu jugalah yang selalu disampaikan Kepala Kanwil Kemenkumham Riau, Mhd. Jahari Sitepu didepan seluruh jajaran petugas dan WBP di Riau pada saat berkunjung.
“Manusia terbaik adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Tak ada siapapun yang bisa merubah nasib kita, selain kita sendiri. Ayo berbuat yang terbaik bagi negeri ini,” ucap Jahari. Overkapasitasnya lapas dan rutan jangan menjadi alasan bermalas-malasan, karena yang malas pasti akan tertinggal, tambahnya.
Dibawah kepemimpinan dan manajemen Kepala
Lapas Bagansiapiapi, Wachid Wibowo, motivasi yang disampaikan kakanwil menjadi cambuk dan pelecut untuk berkarya. Wachid kemudian mengajak jajarannya meluangkan ide dan kreatifitas.
Wachid memutuskan untuk memanfaatkan ruang sempit yang tersisa untuk dijadikan sebagai pabrik roti. Selain untuk meraih cuan, utamanya adalah demi memberi keahlian dan skil bagi WBP, untuk bekal hidup setelah bebas nanti.
Bekerja sama dengan PKBM Matahari Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Lapas Bagansiapiapi memberikan pelatihan pembuatan roti bagi warga binaan. Respon WBP sangat antusias dan bersemangat sekali. Tak disangka dengan lahan yang amat terbatas, Lapas Bagansiapiapi mampu memproduksi 200 buah roti per hari.
“Ini bukan hanya soal angka, tapi manfaat yang luar biasa. Banyak dari warga binaan yang menyatakan akan membuka usaha roti setelah bebas nanti. Mereka percaya diri, karena selama ini roti yang diproduksi selalu habis terjual. Semoga ilmu yag diperoleh bisa menjadi bekal mencari nafkah setelah bebas,” kata Wachid, Kamis (14/7/2022).
Larisnya penjualan roti yang memang terbukti nikmat rasanya ini, banyak pula menarik perhatian warga binaan lainnya. Mereka kemudian beramai-ramai menyampaikan minatnya untuk ikut belajar membuat roti. Namun, terbatasnya sarana dan prasarana menjadi penghalang.
Kalapas berjanji akan mencari jalan keluar termasuk menerima apabila ada pihak-pihak yang ingin membantu pembinaan kemandirian bagi WBP Lapas Bagansiapiapi. Keberhasilan pembinaaan narapidana menjadi tanggung jawab seluruh pihak, mulai dari Kemenkumham, keluarga WBP, masyarakat dan Pemkab Rokan Hilir.
Ada 10 orang WBP yang setiap hari terlibat dalam pembuatan roti. Roti yang diproduksi pun beraneka ragam, ada roti tawar, abon, donat, sosis, keju coklat dan banyak lagi.
“Modal pembuatan roti berasal dari kerjasama dengan pihak ketiga. Omset per harinya bisa mencapai Rp1,6 juta. Kalau dihitung-hitung, sebulan total omset kita mampu mencapai Rp40 juta lebih,” jelas Yopi Febrianda, Kepala Seksi Kerja Kerja Lapas Bagansiapiapi.
Yopi menyebut kalau keuntungan yang diperoleh juga dibagikan ke warga binaan sebagai upah dan sebahagian lagi disetorkan ke negara sebagai PNBP menurut aturan yang berlaku. (Magfi)