Medan-Indonesia telah memasuki tahun politik pada 2023 dan 2024. Selain pemilihan presiden (Pilpres), pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, masyarakat juga akan memilih wakilnya untuk duduk di kursi legislatif.
Gegap gempita pesta demokrasi juga sudah mulai terlihat. Beberapa bakal calon legislatif bermunculan lewat spanduk maupun poster yang dipajang di pinggir-pinggir jalan.
Namun, di tahun politik ini, Direktur Konsultan Psikologi Persona Dra. Irna Minauli, MSi, Psikolog menyarankan agar masyarakat diberi edukasi tentang politik agar mereka lebih pandai memilih wakilnya untuk duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ini dilakukan agar ke depannya tidak ada lagi anggota dewan yang tidak berkompeten.
“Selama ini masyarakat masih buta politik sehingga memilih hanya berdasarkan uang. Akibatnya, terjadi transaksi. Masyarakat telah dibayar untuk memberi suaranya, sehingga anggota dewan yang terpilih karena memberikan uang, tidak merasa ada “utang” lagi. Mereka merasa semuanya sudah dibayar ketika itu juga,” ujarnya, Minggu (2/4/2023).
Idealnya, kata Psikolog asal Kota Medan ini, seorang anggota dewan harus cerdas, rajin, jujur, beriman dan bertaqwa, tidak mudah menyerah, memiliki daya tahan stres yang baik dan tidak genit.
“Masih banyak kok anggota dewan yang memiliki kriteria seperti itu sekarang. Tapi, sebaiknya mereka juga diberikan psikotes, bagaimana tingkat inteligensinya dan pengendalian emosi serta motivasinya untuk berprestasi,” imbuh Irna.
Ketika ditanya kenapa masyarakat harus memilih orang yang berkompeten untuk menjadi wakilnya? Irna menjawab, anggota legislatif yang kurang berkompeten maka dia tidak tahu harus berbuat apa dan mereka cenderung mangkir atau tidak menjalankan tugas yang semana mestinya.
“Bisa dianalogikan dengan anak sekolah yang tidak kompeten, maka mereka juga malas mengerjakan PR (pekerjaan rumah), malas sekolah dan malas segalanya,” katanya.
Kurangnya kompetensi yang dimiliki anggota dewan, menjadikan dirinya tidak mampu menganalisis dan melaksanakan tugasnya. “Agama saja juga bilang, jangan serahkan urusan pada mereka yang kurang berkompeten. Kompeten itu kan keterampilan yang diperlukan seseorang dan ditunjukkan oleh kemampuannya dengan konsisten memberikan tingkat kinerja memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik,” jelasnya.
Selain kompeten, anggota dewan yang terpilih pada 2024 harus memiliki kecerdasan emosi dan tidak berorientasi pada keuntungan sesaat. Sebab, kecerdasan emosional dan spiritual yang rendah membuat mereka tidak mampu menahan diri dari godaan sesaat.
“Wakil rakyat itu harus mampu menahan diri, maka kemungkinan mereka akan jauh lebih berhasil. Bukan hanya anggota dewan saja, tapi mereka yang memiliki kecerdasan emosi rendah, cenderung ingin menikmati kepuasan sesaat tanpa mempertimbangkan dampaknya. Akan tetapi situasi kerja yang kurang kondusif juga bisa membuat kinerja menjadi buruk,” terangnya.
Jika semua orang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, maka dia memiliki kemampuan menunda dorongan dan mengantisipasi apa yang akan dihadapi sebagai konsekuensi dari perbuatannya. Selain itu mampu berempati dan melihat masalah dari sudut pandang orang lain. (Sal)