Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda belahan dunia, termasuk Indonesia, aspek ketahanan pangan menjadi sangat penting, karena ketika kebijakan lock down diberlakukan, suatu negara atau daerah harus mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Sejauh ini, belum ada satupun negara atau daerah yang warganya kelaparan lantaran kebijakan lock down tersebut, namun di masa mendatang dengan intensitas dan jenis pandemik yang berbeda, bukan mustahil krisis pangan akan terjadi.
Berbekal kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan, Lapas Cibinong memberikan pelatihan budidaya tanaman hidroponik kepada warga binaan.
Ada beberapa alasan kenapa tanaman hidroponik yang dipilih. Pertama, jenis budidaya ini mudah dilakukan oleh semua kalangan, muda dan tua, laki-laki dan perempuan serta aplikatif di segala bidang, termasuk warga binaan.
“Kedua, tanaman hidroponik kami jadikan program kemandirian bagi warga binaan sebagai bekal hidup,” ujar Kalapas Cibinong, Ardian Nova Christiawan, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si, baru-baru ini.
Selain itu, budidaya tanaman hidroponik bisa menggunakan media sederhana berupa gelas plastik atau botol plastik bekas minuman, serta Styrofoam bekas. Dengan demikian, Lapas Cibinong bisa turut membantu mengatasi masalah pengelolaan sampah plastik.
“Jadi ketika warga binaan itu bebas, mereka bisa membantu dalam mengurangi sampah plastik, mengolah barang bekas seperti botol plastik yang dimanfaatkan sebagai wadah untuk tanaman hidroponik,” tutur Ardian.
Menurut alumni S2 program studi Perencanaan Strategis Universitas Indonesia (2008) ini, program kemandirian tanaman hidroponik di lingkungan Lapas Cibinong dapat dikatakan lancar, bahkan sudah panen.
“Panen perdana dilakukan awal Agustus lalu berupa sayuran pakcoy organik sekitar 50-75 kg, dan pemasarannya telah didistribusikan kepada pihak ketiga,” katanya.
Kendala
Selama program kemandirian ini berjalan, kendala yang terjadi adalah sedikitnya regenerasi SDM warga binaan yang siap belajar dan minimnya pemahaman dan ilmu yang mumpuni dari petugas pemasyarakatannya sendiri.
Sejauh ini, jelas Ardian, solusi yang dapat dilakukan adalah pelatihan dengan pendampingan melekat oleh pihak ketiga. Sehingga warga binaan menjadi mahir dan hasil panen pun dapat diraih.
“Keterbatasan lahan dan modal menjadi kendala teknis lainnya. Permintaan pasar yang timpang dengan produksi yang diraih cukup membuat kita kewalahan. Walaupun secara kualitas dan harga dapat bersaing dengan produk lainnya. Selain itu, program kemandirian ini tergolong tingkat pemula, jadi jenis sayuran yang dibudidayakan lewat hidroponik belum banyak varian. Saat ini hanya mengandalkan pakcoy yang waktu panennya terhitung cepat,” jelas Ardian.
Dia mengakui, tak jarang terdengar keluhan, baik dari warga binaan maupun petugas terkait beragam kendala yang dihadapi. Namun hal itu dapat segera diatasi dengan memotivasi diri dan mengevaluasi setiap permasalahan.
“Kita harus memotivasi diri untuk tidak mendengarkan orang gagal. Mengkoreksi setiap kekurangan dan berpikir positif dan optimis meraih tujuan,” tegas Ardian.
Sementara keluhan dari masyarakat pembeli hasil panen belum terdengar, justru sebaliknya mereka puas lantaran mutu sayuran sangat baik dan harganya terjangkau.
“Mereka menyatakan sangat puas karena harganya lebih murah dibandingkan di supermarket, serta kualitas terjamin, dan bebas bahan kimiawi/pestisida,” katanya seraya mengakui pihaknya belum mampu memenuhi permintaan pasar yang sangat banyak untuk suplai harian.
Pria Surakarta, 7 November 1979 yang telah dikaruniai 3 anak ini berharap perlunya kompetensi yang baik dan dukungan pembinaan berkelanjutan dari seluruh pihak, sehingga proyeksi ke depan dapat meningkatkan PNBP negara dari wilayah pemasyarakatan, serta warga binaan dapat terbantu kesejahteraannya lewat premi yang dihasilkan dari penjualan.
Inovasi Lain
Program inovasi lainnya yang sedang dalam perencanaan Cibinong adalah pengolahan limbah plastik, sedangkan pertanian terpadu dengan sistem tumpang sari dengan hasil tanaman berkualitas organik, dan yang juga menjadi andalan adalah pengolahan peternakan lele dengan kualifikasi kandungan omega 3 lebih tinggi dari ikan salmon, serta telur ayam arab yang kaya akan omega 3 sedang berjalan.
“Lapas Cibinong secara hasil sudah terbukti berkat kerjasama yang baik dan kerja keras setiap pelakunya, sehingga kami ingin mengoptimalkan potensi tersebut,” kata Ardian.
Pihak lapas pun tak ragu merangkul pihak ketiga untuk membantu pemasaran hasil inovasi warga binaan. Selain bekerjasama dengan Kebun Sayurku untuk pemasaran sayuran hidroponik, Lapas Cibinong juga bekerjasama dengan pihak P2MKP Mina Srikandi untuk pemasaran lele, serta bekerjasama dengan Karang Taruna di sekitar area Lapas dalam pemasaran telur ayam arab.
“Kami juga menghimpun serta membuka kesempatan kepada warga binaan yang sudah menyelesaikan masa pidana untuk mengembangkan potensi diri dengan fasilitas yang ada di Lapas Cibinong,” tandas Ardian. ***