Jakarta—Aparatur Sipil Negara dituntut untuk menyikapi situasi dunia yang terus berubah dan bergerak secara dinamis. Bahkan saat memasuki era penuh dengan ketidakpastian atau dikenal dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity).
Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara (LAN), Reni Suzana menuturkan, bahwa kondisi demikian menjadikan adanya perubahan terhadap tuntutan masyarakat. Atas kondisi birokrasi yang lebih baik lagi.
“Salah satu tantangan global yang saat ini kita hadapi ialah bonus demografi. Ketika negara-negara lain tengah dihadapkan pada kurangnya ketersediaan sumber daya manusia produktif. Kita sebaliknya dihadapkan pada banyaknya sumber daya manusia produktif,” tuturnya.
“Hal ini jika kita tidak mampu mengelolanya secara baik akan menjadi sebuah kemunduran dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan,” tambahnya lagi, pada upacara pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan II Tahun 2021 di Aula Makarti Bhakti Nagari, ASN Corporate University, Pejompongan, Rabu (24/3/2021).
Reni Suzana juga mengungkapkan tantangan lainnya, yaitu kondisi sebuah inovasi dapat berhasil di suatu tempat. Namun ketika dilakukan ditempat lain tidak dapat berjalan bahkan “mandek”.
“Kondisi disruptive innovation,” ungkapnya.
Menurut Reni, kondisi tersebut disebabkan pemerintah hanya fokus terhadap banyaknya inovasi yang dihasilkan. Sayangnya, tanpa memperhatikan capaian inovasi atau output yang telah dihasilkan tersebut.
Tak ayal, dibutuhkan penyiapan sumber daya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mampu menjawab berbagai perubahan-perubahan tersebut.
“Dalam RPJMN Tahun 2020 – 2024 dijelaskan bahwa kita akan menjadi birokrasi berkelas dunia atau world class bureaucracy,” tuturnya.
“Disinilah kita dituntut sebagai ASN untuk mempersiapkan diri dengan berbagai kompetensi guna menunjang kebutuhan organisasi yang nantinya akan bermuara pada pemenuhan kebutuhan masyarakat,” imbau Sekretaris Utama LAN, Reni Suzana. (Citra)
