Jakarta-PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk harus memangkas jumlah karyawannya di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengungkapkan awal tahun lalu perseroan memiliki 7.861 karyawan. Tetapi, pada akhir November 2021 menyusut jadi 5.400 karyawan. Jumlah karyawan maskapai pelat merah itu berkurang sekitar 2.000-an karyawan.
“Januari 2020 sampai November 2021 kita sudah menurunkan jumlah pegawai sebesar 30,56 persen dari 7.861 pegawai menjadi 5.400-an pegawai,” ungkapnya saat jumpa pers daring, Senin (20/12/2021).
Kendati pihak persero sudah menyusutkan jumlah karyawannya. Hak-hak karyawan sudah di rumahkan akan terpenuhi sesuai hukum berlaku.
“Kami menekan jumlah pegawai, tetapi juga taat terhadap peraturan yang ada di negara ini,” tutur Irfan Setiaputra menjelaskan.
Irfan Setiaputra meneruskan, bahwa selain itu mengurangi karyawan, Garuda Indonesia juga melakukan pemotongan gaji. Yakni mulai dari karyawan hingga petinggi perseroan tingkat direksi dan komisaris.
“Kami tidak bisa main lakukan pemotongan seperti banyak perusahaan yang lakukan. Kami lakukan pendekatan persuasif,” jelasnya.
[table id=24 /]
Lebih lanjut, hasil efisiensi mengurangi karyawan dan pemotongan gaji secara perlahan. Maka tekanan beban gaji berkurang hingga 10 juta dollar AS per bulan. Lalu pada Januari 2020 beban gaji mencapai 16 juta dollar AS. Turun menjadi 6 juta dollar AS di Oktober 2021.
“Ini ada penurunan 60 persen signifikan dari sisi cost,” ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra.
Efisiensi ini juga berdampak penerbangan bergilir 200 pilot. Walhasil, bila pilot tidak terbang pada bulan tertentu. Maka, pilot tak menerima gaji.
Lima Rute Internasional Garuda Indonesia Pertahankan
Tak dimungkiri, demi bertahan di tengah kondisi pandemi ini. Maskapa nasional ini harus memilih rute internasional dipertahankan.Demi meraup keuntungan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menjelaskan lima rute internasional tersebut seperti Hong Kong, Sydney, Australia, Narita, Jepang, Seoul, Korea Selatan, dan China.
Lima rute tersebut tetap dipertahankan pada 2022. Sebab masih memberikan keuntungan. Sementara, rute internasional lain harus ditutup demi efisiensi perusahaan.
“Yang masih kami operasikan atau terbangkan itu Hong Kong, Sydney, Narita, Seoul, China,” ungkap Irfan. (Bram)