Majene-Salah satu agenda yang menarik dalam pelaksanaan Mobile Intellectual Property Clinic 2024 di Majene, Sulawesi Barat beberapa waktu lalu adalah pendampingan Indikasi Geografis bagi MPIG yang telah mengajukan permohonan dan yang akan mengajukan permohonan Indikasi Geografis.
MPIG yang telah mengajukan permohonan Indikasi Geografis dan sekarang sedang berproses melakukan perbaikan data dukung adalah MPIG Kopi Arabika Mamasa dan MPIG Kopi Robusta Kurrak Polewali Mandar. Sedangkan MPIG yang akan mengajukan permohonan berasal dari Garam Kristal Majene.
Idris, selaku tim ahli dari DJKI, menyampaikan bahwa pendampingan dilakukan untuk meminimalisir kekurangan dan kesalahan yang dilakukan MPIG saat proses pendaftaran Indikasi Geografis. “Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak MPIG yang salah dalam menyusun dokumen deskripsi indikasi geografis, termasuk data dukung yang harus dilampirkan, seperti hasil uji laboratorium, peta wilayah, dan penyusunan kepengurusan MPIG,” ujar Idris.
Idris juga menambahkan bahwa MPIG Kopi Arabika Mamasa dan MPIG Kopi Robusta Kurrak Polewali Mandar perlu segera memperbaiki dokumen deskripsi dengan melibatkan para petani kopi yang menjadi anggota kelompok. “Saya berharap MPIG benar-benar berdialog dengan petani untuk menggali standar operasional yang dilakukan oleh kelompok petani kopi dan menuangkannya dalam dokumen deskripsi,” lanjut Idris.
Sementara itu, Kakanwil Kemenkumham Sulbar, Pamuji Raharja, memberikan apresiasi atas hadirnya MPIG Garam Kristal Majene. “Saya berharap permohonan IG untuk garam digarap dengan sungguh-sungguh mengingat garam ini memiliki karakteristik yang tidak bisa ditemui di daerah lain. Selain itu, wilayah Barane Majene tempat garam tersebut berada memang diperuntukkan sebagai wilayah produksi garam,” ujar Pamuji, salah seorang Kakanwil unit wilayah di bawah kepemimpinan Menkumham Yasonna Laoly ini.
Kegiatan Mobile Intellectual Property Clinic dilaksanakan oleh Kanwil Kemenkumham Sulawesi Barat di Gedung Assamalewuang, Majene, pada tanggal 26 sampai 28 Juni 2024.
Tema yang diusung pada kegiatan MIC tahun 2024 adalah “Dari Bumi Mandar Sulawesi Barat Bersinergi Lindungi Indikasi Geografis untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.” Tema ini sengaja diusung dengan memadukan tahun 2024 sebagai indikasi geografis dan tema hari ulang tahun kekayaan intelektual sedunia yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan.
“Terlebih lagi, saat ini Sulawesi Barat sudah memiliki dua indikasi geografis, yaitu kain sutera Mandar dan kain tenun ikat Soekomandi,” ujar Kadivyankumham Sulbar, Rahendro Jati, saat menyampaikan laporan pelaksanaan pada pembukaan kegiatan. (Sal)