Free Porn
xbporn
Sabtu, 5 Juli 2025
spot_img
spot_img
BerandaBeritaPemusnahan Amunisi Kadaluwarsa di Garut Makan Korban, 13 Orang Tewas

Pemusnahan Amunisi Kadaluwarsa di Garut Makan Korban, 13 Orang Tewas

Garut – Pemusnahan amunisi kadaluwarsa di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pagi, memakan korban jiwa. 13 orang terdiri dari 4 anggota TNI AD dan 9 warga sipil meninggal dunia dalam peristiwa tersebut, salah satunya Kepala Gudang Puspalad Kolonel Cpl Antonius Hermawan.

Pemusnahan itu menimbulkan ledakan di area terbuka. Pemusnahan amunisi tersebut merupakan bagian dari kegiatan rutin TNI untuk menyingkirkan bahan peledak yang telah melewati masa kedaluwarsa.

Kadispenad Brigjen Wahyu Yudhayana mengungkapkan, sebelum pemusnahan, sudah dilakukan proses pengecekan personel dan lokasi peledakan.

“Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personil maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman,” katanya kepada wartawan.

Setelahnya, tim penyusun munisi pun melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur. Peledakan di dua sumur berjalan dengan aman dan sempurna.

“Setelah seluruh tim pengamanan masuk ke pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan dan setelah dinyatakan aman kemudian dilakukan peledakan di dua sumur yang ditempati oleh munisi afkir tersebut untuk dihancurkan,” ujarnya.

Selain dua sumur itu, disiapkan satu lubang yang digunakan untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran di dua sumur sebelumnya.

Namun secara tiba-tiba, terjadi ledakan dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia. “Termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan munisi afkir tersebut.
Saat tim penyusun munisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia,” katanya dilansir dari cnnindonesia.

Wahyu menjelaskan lahan yang digunakan untuk peledakan adalah milik BKSDA Garut. Ia mengatakan lokasi pemukiman jauh dari pemukiman warga.

“Penyebab dari kejadian tersebut masih dalam tahap penyelidikan oleh Tim TNI AD, termasuk terkait dengan korban sipil karena perlu kami sampaikan juga pada bahwa lahan yang digunakan untuk penghancuran munisi afkir tersebut adalah lahan milik BKSDA Kabupaten Garut yang sudah rutin digunakan,” kata Wahyu.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, menyampaikan belasungkawa mendalam atas insiden ledakan amunisi di wilayah latihan militer yang menewaskan 13 orang di Garut, Jawa Barat. Ia pun meminta TNI melakukan evaluasi total prosedur pengamanan terkait pemusnahan amunisi.

“Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, husnul khotimah,” kata TB Hasanuddin dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, dilansir dari laman dpr.go.id, Senin (12/5/2025).

TB Hasanuddin menegaskan, insiden ini harus menjadi pembelajaran serius bagi semua pihak, meskipun secara teknis prosedur yang diterapkan telah sesuai standar operasional.

Menurutnya, lokasi peledakan yang berada di wilayah pantai sebenarnya telah memenuhi aspek keamanan dan ketentuan yang berlaku. Namun, Hasanuddin berpandangan pengawasan yang lebih ketat dibutuhkan agar masyarakat tidak dapat mengakses area berbahaya.

“Ke depannya, pembatasan wilayah harus dilakukan dengan pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah warga sipil berada di area berbahaya,” ungkap Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

TB Hasanuddin yang merupakan purnawirawan TNI menjelaskan, amunisi yang diledakkan merupakan amunisi kadaluarsa yang secara teknis sudah tidak stabil. Menurutnya, peledakan pertama sebenarnya telah dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi, dan petugas meyakini proses itu telah tuntas.

Namun, kata TB Hasanuddin, sifat amunisi kedaluwarsa yang tidak sepenuhnya bisa diprediksi menyebabkan ledakan susulan. Ia menduga ada kesalahan prediksi dari petugas.

“Amunisi kedaluwarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal,” jelas TB Hasanuddin.

“Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban,” tambahnya.

Untuk itu, TB Hasanuddin menekankan peristiwa ini harus dijadikan pelajaran untuk menyempurnakan prosedur pemusnahan amunisi tak layak pakai agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. (Sal)

spot_img
- Advertisment -spot_img

TERPOPULER

KOMENTAR TERBARU