Lima Puluh Kota – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Suliki, Sumatra Barat, terus mengembangkan program pembinaan berbasis keagamaan melalui Pesantren Ramadhan. Tahun ini, lapas menargetkan 40 warga binaan pemasyarakatan (WBP) untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an (khatam) selama bulan suci.
“Kami ingin memberikan ruang bagi warga binaan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Selama Ramadhan, mereka akan mengikuti pesantren dengan bimbingan para ustaz dan ustazah. Targetnya, ada 40 santri yang bisa khatam Al-Qur’an,” ujar Kepala Lapas Suliki, Kamesworo, di Sarilamak, Rabu.
Sebagai bagian dari program ini, para narapidana akan menjalani kegiatan tadarus Al-Qur’an yang dilakukan dalam beberapa sesi setiap hari, mulai dari pagi setelah subuh, siang, hingga malam hari. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pembelajaran agama, termasuk pemahaman tafsir, fikih, dan akhlak.
Untuk memastikan kelancaran program, Lapas Suliki telah menyiapkan sepuluh tenaga pengajar dari kalangan ustaz dan ustazah yang akan membimbing para santri. “Kami ingin menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan, agar mereka memiliki bekal spiritual yang lebih kuat setelah bebas nanti,” tambahnya.
Saat ini, Lapas Suliki menampung 132 narapidana, di mana 99 persen di antaranya beragama Islam. Kamesworo menegaskan bahwa setiap narapidana berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri. “Mereka mungkin pernah melakukan kesalahan, tetapi bukan berarti tidak bisa berubah. Kami hadir untuk membimbing mereka ke arah yang lebih baik,” katanya.
Program pesantren ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, Kemenag, KUA Kecamatan Suliki, BKMT Lima Puluh Kota, Pesantren An-Nahl, serta Baznas setempat. Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan warga binaan dapat menjadikan Ramadhan sebagai ajang refleksi diri dan memperkuat nilai-nilai keislaman dalam kehidupan mereka. (Sal)