Siak-Staf Khusus Menkumham Bidang Transformasi Digital Fajar BS Lase berkesempatan mengunjungi UMKM Mie Sagu Kota Istana di Jalan Suak Lanjut Kec. Siak Kabupaten Siak Sri Indrapura Provinsi Riau, Rabu (16/11/2022).
Dalam kunjungan tersebut Fajar Lase berharap pemilik usaha mendaftarkan merek dagangnya dan memperluas pemasaran produk dengan memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk mempromosikan dan menjual produknya.
“Harapan kami usaha yang sudah dirintis oleh Bapak dan Ibu dapat meningkatkan penjualannya dengan marketing digital dan penting terlindungi dengan terdaftar di DJKI,” ujar Fajar Lase.
Fajar Lase dan tim menginisiasi beberapa UMKM sebagai model dalam peningkatan penjualan dengan melakukan pendamping dalam content marketing dan pendaftaran merek dagang.
“Tentunya kesiapan pelaku usaha menerima tambahan permintaan dagangan dapat di antisipasi lebih dini,” pesan Fajar Lase.
Mie Sagu telah menjadi hidangan dan menu utama di setiap acara-acara hajatan dan acara resmi di Siak. Selain harganya murah, mie sagu juga cocok menjadi buah tangan atau oleh-oleh bagi orang luar yang datang ke Kabupaten Siak Sri Indrapura.
“Peluang usaha mie sagu ke depan di kabupaten Siak semakin diminati karena orang di Siak banyak acara kebudayaan Melayu, otomatis pasti membutuhkan mi sagu. Terus banyak orang luar datang ke Siak untuk mencari oleh-oleh makanan khas Melayu, ya yang paling murah mi sagu ini, tahan lama dan mie sagu tidak ada di semua daerah,” kata Eko Nurdianto (34), Pemilik Usaha Mie Sagu Kota Istana.
Eko bersama istrinya mulai merintis usaha Mie Sagu Kota Istana sejak tahun 2016. Mie sagu yang diproduksinya untuk diolah lagi oleh pedagang kuliner.
“Dulu susah untuk mencari mie sagu di Siak ini, harganya pun mahal, satu bungkus Rp8 ribu, kebetulan saya berasal dari Kab. Meranti saya tahu cara membuat mi sagu. Disitulah saya terpikir untuk membuka usaha Mie Sagu Kota Istana, apalagi sebelumnya saya tidak mempunyai pekerjaan tetap,” ungkap Eko.
Sejak dari tahun 2016 hingga saat ini, usaha Mie Sagu Kota Istana terus mengalami peningkatan dalam hal penjualan. Mie sagu hasil olahannya mendapat respon baik dari masyarakat Kab. Siak terutama para pedagang mi, ibu-ibu rumah tangga serta wisatawan.
“Perkembangan usaha saya alhamdulillah ada kemajuan sejak dibantu BAZNAS Kab. Siak, respon masyarakat terhadap usaha kami juga alhamdulillah, mereka menerima dengan baik dari tahun ke tahun. Untuk saat ini dalam segi penjualan ada bertambah, di Siak Kecil dari awal 100 bungkus perminggu sekarang sudah 200 bungkus, dan di Bungaraya juga dari biasa satu Minggu 30 bungkus sekarang sudah 60 bungkus, untuk pekerja karena kondisi tempat usaha kecil hanya bisa bekerja untuk 2 orang,” jelas Eko lagi.
Selain dibantu BAZNAS, Eko juga mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Dia mendapatkan bantuan berupa mesin adon, mesin pelempeng, mesin press, jemuran mie dari almanium dan bantu penjualan melalui YouTube BASNAS dan Siak TV.
Begitupun, omset atau pendapatan yang diperoleh Eko naik turun. Artinya, ada bulan-bulan tertentu omsetnya turun dan naik dua kali lipat. “Untuk omset biasa tergantung bulan, bulan Januari sampai Maret, biasanya omsetnya menurun menjadi 4 juta perbulan karena Pemda di Siak belum ada kegiatan. Tapi pada April sampai Desember rata rata Rp5 juta sampai Rp6 juta perbulan, kecuali bulan Ramadhan omset kami sampai Rp8 juta/bulan,” imbuhnya.
Mie Sagu Kota Istana kini terus berupaya agar usahanya semakin berkembang. Salah satunya dengan menjaga kualitas produk, seperti menjaga tekstur mi-nya tidak berubah-ubah dan selalu menjaga kebersihan produk dan kemasan. Dia pun menjamin mi sagu buatannya lebih enak dibanding yang lain karena memiliki tekstur yang lembut, mi-nya kecil, panjang panjang tidak putus-putus.
“Kami ingin meluaskan tempat usaha agar bisa mencari pekerja dan ingin memasukkan mi sagu kami ke market online apabila sudah ada merek dan mau masuk penjualan di Pekanbaru karena mie sagu kami belum sampai ke Pekanbaru,” pungkasnya sembari mengaku menggunakan media sosial Facebook untuk mempromosikan dan mempertahankan Mie Sagu Kota Istana ke masyarakat.
Ketika ditanya bahan baku untuk mi sagu tersebut, Eko menjawab bahan baku mudah didapat di Siak. Sejak bulan Agustus 2022 kemarin, dia mengaku membeli bahan baku dalam jumlah 10 karung, sebelumnya hanya membeli dalam jumlah 1 karung perhari. “Alhamdulillah bahan baku mudah dijumpai,” katanya.
Namanya berusaha, pasti ada kendala yang dihadapi Eko dan istrinya. “Gas sering kosong, mesin sering rusak, karena tepung sagu sangat keras kalau diadon, penjualan agak susah karena merubah pikiran orang untuk mengantikan mie sagu lain ke Mie Sagu Kota Istana,” imbuhnya lagi.
Namun, Eko yakin, mie sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar di Siak. Untuk itu, dia butuh terus dukungan dari pemerintah, menggalakkan produk olahan sagunya tersebut. (Falkom)