Perjuangan yang ditempuh seseorang dalam meniti karir impian seringnya tidaklah mudah. Akan tetapi, jalan terjal yang berliku ditambah berbagai tantangan justru menjadi proses yang membentuk pribadi serta kemampuan seseorang menjadi lebih baik lagi.
Dalam menjalani tantangan pekerjaannya, Marthen Butar Butar yang kini bertugas sebagai Ajudan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), Reynhard Silitonga, memiliki prinsip yang ia jadikan pedoman. Prinsip tersebut menurutnya ia peroleh dari pimpinan dan orang tuanya.
“Prinsip saya adalah 3B: bekerja dengan Tulus, berusaha berikan yang terbaik, dan berdoa. Saya selalu memegang prinsip tersebut dalam setiap kegiatan saya baik dari saya taruna sampai sekarang karna dengan bekerja baik dengan prinsip tersebut saya yakin Tuhan akan memberikan sesuatu yang baik pada waktu Nya (He has made everything beautiful in its time),” ujar pria yang akrab disapa Marthen ini.
Sedikit menoleh ke belakang, Marthen berkisah profesi yang ia jalani saat ini sebenarnya mendapat pengaruh besar dari orangtua. Kala itu, pria kelahiran Bandar Lampung, 10 Maret 1993 sudah terlebih dahulu menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di Universitas Lampung untuk menjadi seorang insiyur. Namun nasib berkata lain, setelah adanya bujukan dari ayah maupun ibu, Marthen pun memutuskan mengikuti pendaftaran Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan, dan lolos.
Upaya keras sang ayah dan Ibu rupanya tidak sia-sia, Tiga tahun menjalani pendidikan di akademi Ilmu Pemasyarakatan, Marthen akhirnya ulus dengan predikat cum laude dan berhasil mendapat peringkat lulusan terbaik ke 3 dari 128 taruna. Prestasi tersebut tentu saja membanggakan bagi kedua orang tuanya.
Setelah lulus dari Akademi Ilmu Pemasyarkatan dirinya mendapat kesempatan berkarier di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Bandar Lampung selama 3 tahun 9 bulan. Tidak lama berselang, Marthen dipindahkan ke Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan dan Protokol. Awal mula dirinya menjadi seorang ajudan karena Dirjenpas, Reynhard Silitonga kebetulan mencari ajudan guna membantu beliau dalam bertugas.
Marthen yang kala itu sedang bertugas di Rutan Kelas I Bandar Lampung mendapat telepon dari Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan diminta untuk menjadi menempati posisi tersebut.
“Pada awalnya saya tidak percaya diri dan merasa kurang layak untuk mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut. Namun saya merasa saya harus mengupgrade diri serta meningkatkan kualitas dan kapabilitas diri saya. Bermodalkan tekad dan keberanian saya pun menyanggupi tanggung jawab tersebut,” ujarnya.

Sehari-harinya Marthen bertanggung jawab melakukan koordinasi serta menyiapkan segala keperluan Dirjenpas yang menjadi atasannya. Selama menjabat sebagai ajudan, dirinya mengaku menemui banyak pengalaman menyenangkan. Mulai dari bertemu banyak orang sampai belajar hal-hal baru yang sebelumnya jarang ia temui. Meski demikian, Marthen merasa masih perlu mengupdate kemampuannya dan memperbaiki setiap kekurangannya terutama di bidang infomasi. Beruntung, sang atasan adalah pribadi yang ramah dan open minded.
“Bapak Dirjenpas adalah seorang pemimpin yang sangat ramah, rendah hati,peduli terhadap setiap orang. Saya kagum beliau seorang pemimpin yang cerdas. Beliau dapat mengindentifikasi suatu masalah serta dapat mencegah dan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada,” ungkap Marthen.
Dirjenpas Reynhard Silitonga memang merupakan salah satu tokoh yang diidolakan Marthen selain ayahnya. Menurutnya, bekal terbaik dari sang ayah adalah sikap ikhlas dan bersyukur dalam mengerjakan segala sesuatu. Sementara dari Dirjenpas, dirinya berlajar mengenai managemen, leadership serta 3 kunci pemasyarkaatan maju yang cukup efektif dan efisien dalam membangun pemasyarakatan kearah yang lebih baik
Di tengah kesibukan dan padatnya jadwal kerja, Marthen selalu berupaya meluangkan waktu melakukan hal ya ia senangi. Menulis dipilihnya sebagai wadah menuangkan ide dan gagasan sekaligus memperkaya pengetahuan dan wawasannya. Sementara untuk aktivitas fisik, dirinya lebih memilih futsal dan tenis sebagai olahraga kegemaran.
“Dulu saya sempat menulis beberapa artikel terutama di bidang pemasyarakatan karna saya rasa menulis adalah salah satu media dan sarana menyampaikan informasi ke masyarakat publik. Sering kali saya masukkan di laman atau website Ditjenpas, namun akhir akhir ini saya lebih condong ke olahraga Tennis walaupun sesekali saya sempatkan untuk membaca beberapa artikel serta peraturan guna menambah wawasan saya,” tandas Marthen. (Lina)